Dan Dialah yang mempertemukan dua laut; yang ini tawar lagi segar, dan yang ini asin lagi pahit. Dan Dia menjadikan di antara keduanya ada batas dan penghalang yang tidak terlampaui. (QS Al-Furqon: 53)
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuknya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui." (an-Naml: 61)
Dia membiarkan dua lautan mengali r yang keduanya kemudian bertemu,
antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing
Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Dari keduanya keluar mutiara dan marjan. (QS. Ar-Rahman: 19-22)
Gambar: Pertemuan dua laut
Ilmu pengetahuan modern menyatakan bahwa ada pertemuan air laut dari dua lokasi yang berbeda, yang satu dari laut lain sedangkan satunya lagi dari laut yang lain lagi. Kedua air laut tersebut bertemu di suatu tempat. Seandainya masing-masing dari dua air laut tersebut memiliki salinitas (kadar garam) yang berbeda atau temperatur yang berbeda, apakah keduanya akan bercampur ketika bertemu di satu tempat sehingga keadaan awal dari masing-masing (salinitas maupun temperature) berubah menjadi satu keadaan salinitas dan temperature yang baru?
Al-Quran menjawab dengan pasti, bahwa salinitas maupun suhu awal dari masing-masing air laut tersebut tetap dipertahankan dan tidak saling mempengaruhi, walaupun kedua air laut tersebut bertemu di satu tempat, dengan kata lain tidak terjadi percampuran! Bagaimana ilmu pengetahuan & tehnologi menanggapi penegasan Al Quran tersebut? Mendukungkah (membenarkan) atau menyalahkan? Ternyata bukti ilmiah (empiric) membuktikan fakta tentang adanya kebenaran yang ditegaskan oleh Al-Quran tersebut.
Gambar: Monumen pertemuan samudra India dengan Atlantik
Penelitian modern di masa sekarang menemukan adanya gejala yaitu bahwa ada batas di antara dua air laut yang bertemu di satu tempat, sehingga masing-masing air laut tersebut tetap memiliki (mempertahankan) temperature, salinitas (kadar garam) maupun densitas (kekentalan) yang berbeda. Dengan makna yang setara yaitu keadaan air laut yang satu dengan lainnya tidak saling mempengaruhi, walaupun keduanya bertemu di satu tempat, karena adanya batas di antara pertemuan dari dua air laut tersebut.
“Modern Science has discovered that in the places where two different seas meet, there is a barrier between them. This barrier divides the two seas so that each sea has its own temperature, salinity and density” (sumber: Principles of Oceanography, Davis, Page: 92 – 93)
Penegasan Al Quran dan pembuktian ilmiah ini dapat ditemukan yaitu pada peristiwa air laut dari Mediterranean yang masuk ke wilayah perairan laut Atlantik sampai ke kedalaman sekitar 1000 meter dari permukaan laut. Ternyata derajat kehangatan (suhu) sekitar 11,5 maupun kadar garam sekitar di atas 36,5% dari air laut Mediterranean yang telah berada di kedalaman air laut Atlantik, tetap tidak terpengaruh oleh suhu maupun salinitas (kadar garam) dari air laut Atlantik yang mengelilinginya. Dimana air laut Atlantik di kedalaman sekitar 1000 meter yang mengelilingi air laut (yang tadinya berasal dari) Mediterranean juga memiliki suhu dan salinitas (kadar garam)-nya sendiri yang berbeda, yaitu bersuhu sekitar 10,0 dan dengan salinitas sebesar di bawah 36,0%, berbeda dengan air laut Mediterranean yang dikelilinginya. Padahal kedua air laut tersebut (air laut Mediterranean dan air laut Atlantik) bertemu di satu tempat di kedalaman sektiar 1000 meter, tetapi keadaan masing-masing kedua air laut tersebut tidak saling mempengaruhi. Ini terjadi karena ada batas yang memisahkan di antara pertemuan dua air laut tersebut.
“Modern Science has discovered that in estuaries, where fresh (sweet) and salt water meet, the situation is somewhat different from what is found in places where two seas meet. It has been discovered that what distinguishes fresh water from salt water in estuaries is a “pycnocline zone with a marked density discontinuity separating the two layers.” (sumber: Oceanography, Gross, Page – 242)
Semua ini adalah bukti keajaiban Al Quran dalam menegaskan adanya batas di antara pertemuan dua air laut yang membuat masing-masing keadaan dari kedua air laut yang bertemu di satu tempat tersebut tetap dipertahankan. Perlu diketahui bahwa untuk melakukan penyelidikan ke bawah laut tidaklah semudah seperti kalau anda akan berenang di kolam. Ada banyak rintangan mulai dari tekanan air dan persediaan udara untuk menyokong kehidupan penyelam. Juga tidak semudah masuk begitu pula untuk keluarnya, karena selain masuk menuju kedalaman lautan butuh persiapan yang baik, maka demikian pula untuk keluar menuju permukaan laut membutuhkan pengetahuan yang tidak asal-asalan. Kalau anda mencoba menyelam ke kedalaman lautan apalagi untuk waktu cukup lama, dan menuju permukaan secara langsung tanpa perlahan setahap demi setahap, maka boleh jadi anda akan terserang pingsan, karena perbedaan tekanan yang begitu cepat akan mengagetkan jaringan tubuh. Untuk semua bentuk persiapan ini adalah hal yang tidak dapat dilakukan oleh manusia di masa kehidupan Rasulullah.
Namun penegasan Al Quran tentang adanya batas di antara kedua lautan ini diakui kebenarannya di masa jauh ke depan melampaui masa kehidupan Muhammad Saw yaitu setelah kemajuan ilmu pengetahuan & tehnologi modern tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar